oleh admin | Agu 15, 2016
Purbalingga – Para pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) di kabupaten Purbalingga bakal rutin menggunakan pakaian tradisional Jawa Tengah khususnya pakaian adat Banyumasan. Hal itu diungkapkan Bupati Tasdi usai peringatan Hari Ulang Tahun ke-66 Provinsi Jawa Tengah di halaman Pendapa Dipokusumo, Senin (15/8/2016).
Menurut Bupati, Gubernur Jawa Tengah sudah mempelopori penggunaan pakaian tradisional Jawa Tengah sejak 2015 lalu. Bahkan sudah menerbitkan Surat Edaran Gubernur Nomor 065.5/00168 tahun 2015 yang intinya pada setiap tanggal 15 setiap bulannya, ASN di jawa Tengah wajib menggunakan pakaian adat.
“Karena Pak Gubernur sudah menurunkan SE, nanti kita di Purbalingga juga akan menerapkan itu (Penggunaan Pakaian adat-red). Sementara untuk tahun ini akan kita gunakan tiap tanggal 15 dan 18. Tanggal 15 sesuai SE Gubernur dan tanggal 18 untuk memperingati hari jadi Purbalingga,” ujar Tasdi.
Bupati menuturkan, mulai 2017 mendatang, penggunaan pakaian tradisional akan lebih diperbanyak. Opsinya, lanjut Bupati bisa setiap hari Kamis atau tiap hari Sabtu setiap bulannya. “Nanti kita rembug lagi sebaiknya seperti apa. Tapi yang jelas setiap bulan harus ada penggunaan pakaian adat,” katanya.
Menurut Tasdi, penggunaan pakaian adat harus dilakukan untuk ikut nguri-uri apa yang menjadi ciri khas Jawa Tengah khususnya ciri khas Banyumas dan Purbalingga.
Pada saat Upacara peringatan HUT ke-66 Jawa Tengah, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo melalui sambutan tertulis yang dibacakan Bupati Tasdi mengatakan peringatan HUT Jateng tahun ini berbeda dengan peringatan-peringatan sebelumnya. Pada peringatan tahun ini, baik yang diselenggarakan ditingkat provinsi maupun kabupaten/kota seluruhnya menggunakan pakaian adat Jawa Tengah.
“Ini menjadi salah satu ciri bahwa kita kompak. Sekaligus menjadi bentuk kontribusi ASN untuk manghayubagyo HUT Jateng dari sisi nguri-uri kabudayan Jawi, utamanya melestarikan baju adat Jawa Tengah,” katanya.
Gubernur mengungkapkan kebanggaannya, melihat kekompakan seluruh ASN di Jawa Tengah sebagai bentuk kebersamaan dan satunya derap langkah kita untuk bekerja dan berkarya nyata utamanya dalam melayani rakyat dengan pelayanan yang semakin baik.
“Maka, Saya wanti-wanti betul untuk terus merawat spirit atau roh pelayanan yaitu cepat, mudah, murah serta harus ramah. Dan itu Jawa Tengah,” katanya.
Pada upacara itu, seluruh pejabat eselon di Pemkab Purbalingga menggunakan pakaian adat Beskap. Sedangkan ASN lainnya menggunakan aneka pakaian adat Jawa Tengah dan pakaian khas Banyumasan. Bupati juga menyerahkan secara simbolis bantuan bagi orang dengan kecacatan berat (ADKB) untuk 108 orang senilai Rp 324 juta. Masing-masing ODKB menerima Rp 300 ribu selama 10 bulan. Bantuan lain berupa Asuransi Sosial Lanjut Usia kepada 50 orang masing-masing menerima Rp 200 ribu selama 10 bulan serta bantuan kursi roda kepada Sunardi dan Siswati Desa Karanglewas Kecamatan Kutasari. (Hardiyanto)
oleh admin | Agu 15, 2016
Purbalingga – Bupati Purbalingga Tasdi dan Wakil Bupati Dyah Hayuning Pratiwi memborong jajanan pasar serba seribu pada kegiatan Festival Jajanan Pasar dalam rangka Bulan Kemerdekaan Kabupaten Purbalingga. Sebelum membuka acara yang dipusatkan di pelataran parkir barat Stadion Goentoer Daryono, Bupati Tasdi sempat memprovokasi seluruh pejabat yang mengikutinya supaya menyiapkan uang untuk membeli jajanan pasar yang disiapkan para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) se-kabupaten Purbalingga.
“Kita hadir bukan hanya meresmikan tetapi ikut membeli apa yang sudah dibuat oleh rakyat. Sekaligus sebagai bentuk kebersamaan untuk mengembangkan jajanan pasar ini lebih bernilai ekonomi,” katanya sembari menata jajanan yang sudah dibeli bersama istri Ny Erni Widyawati Tasdi di mobilnya, MInggu (14/8/2016).
“Nanti kita bagikan kepada warga sekitar rumah di Karangreja,” lanjutnya.
Aksi borong jajanan juga diikuti oleh Wakil Bupati Dyah Hayuning Pratiwi dan suami Rizal Diansyah serta seluruh pejabat yang ikut hadir pada kegiatan tersebut.
Bupati mengaku bangga dengan kreativitas yang dilakukan para ibu-ibu yang telah mampu membuat produk lokal meski kebanyakan dari mereka berasal dari desa. Menurut Bupati, tinggal bagaimana Pemkab Purbalingga memfasilitasi baik dari aspek permodalan, pengelolaan manajemen dan pemasaran. “Termasuk kita harus sering mengadakan kegiatan seperti ini (Festival Jajanan Pasar-red) untuk mempromosikan mereka,” katanya.
Bupati Tasdi bahkan berencana pada perayaan Hari Jadi Purbalingga Desember mendatang, akan diselenggarakan festival kuliner yang lebih besar.
Sementara, Wakil Bupati Dyah Hayuning Pratiwi meminta potensi kuliner di Purbalingga dapat lebih dikembangkan sehingga mampu menjadi kuliner dan jajanan khas Purbalingga. “Kami berkomitmen untuk mengembangkan UMKM di Purbalingga.Kita data potensi-potensi yang dapat didorong untuk lebih berkembang dan dapat menjadi ciri khas kabupaten Purbalingga,” katanya.
Dukungan serupa dilakukan oleh Ketua Tim Penggerak PKK Ny Erni Widyawati Tasdi. Dirinya mengapresiasi penyelenggaraan Festival Jajanan Pasar yang mengangkat potensi kaum ibu dalam membantu ekonomi keluarga. “Saya kira pada peringatan Hari Jadi Purbalingga dapat diadakan lebih besar lagi,” katanya.
Kasi Pembinaan dan Pengembangan UMKM pada Dinperindagkop Purbalingga Adi Purwanto mengatakan kegiatan Festival Jajanan Pasar rutin diselenggarakan untuk mengangkat potensi-potensi lokal yang sudah berkembang di Purbalingga. Untuk kegiatan festival bulan kemerdekaan ini, menurut Adi diikuti oleh jajanan pasar yang berkembang diseluruh antero Purbalingga seperti daerah utara dari Desa Rembang, Sumampir, Bobotsari, Pekuncen, Goa Lawa dan lainnya. Juga diikuti para perajin dari Bukateja, Kutawis, Kemangkon, Pasar Badog, Pasar pagi Gang Sawo, dan dari Kajongan, Bojongsari.
“Di Purbalingga banyak sekali makanan tradisional yang berkembang namun sudah mulai dilupakan. Kita kenalkan kembali melalui festival seperti ini. Sehingga masyarakat akan mengenal kembali makanan tradisional yang ada di Purbalingga. Harapan kita kemudian menyukainya,” jelasnya.
Adi Purwanto berjanji, pihaknya akan terus terus melakukan pembinaan untuk mengangkat kembali makanan tradisional tersebut sehingga bisa menjadi makanan tradisional yang khas Purbalingga dan bisa dicari oleh masyarakat luar Purbalingga. “Kedepan akan kita bina terus dengan memberikan kemasan yang lebih baik dan bisa menjadi oleh-oleh khas Purbalingga. Dengan demikian makanan tradisional kita akan lestari,” katanya. (Hardiyanto)
Komentar Terbaru