Desa Serang kembali mewakili Purbalingga dalam ajang perlombaan Desa Gotong Royong tingkat Jawa Tengah. Tim penilai yang melakukan penilaian Rabu (28/3) menyampaikan, Serang kandidat juara tingkat Provinsi bersama Desa Plumbon, Kabupaten Semarang, dan Desa Jatijajar Kabupaten Kebumen.
Ketua Tim penilai dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Dispermasdes) Provinsi, Nadi Santosa mengatakan, dasar diadakannya lomba adalah Permendagri No 42 tahun 2005 dengan maksud menumbuhkan serta melestarikan budaya gotong royong. Sebelum penilaian dilakukan, Nadi bertanya kepada warga Serang yang hadir. “Panjenengan ikut gotong royong dibayar apa tidak,” tanyanya. Warga pun menjawab serempak “tidaaakk!”
Pada acara tersebut, tercatat ada 4000 (empat ribu) warga Serang yang mengikuti gotong royong yang terdiri dari pembawa cangkul dan sapu lidi. Penilaian desa gotong royong melombakan 4 (empat) unsur yaitu ekonomi, sosial budaya keagamaan, kemasyarakatan dan lingkungan.
“Serang merupakan desa terakhir yang kami nilai. Semoga gotong royong yang dilakukan tidak hanya mbombongi (membuat senang) tim penilai. Namun diharapkan inilah roh warga Serang,” kata Nadi.
Sekretaris Daerah (Sekda) Purbalingga, Wahyu Kontardi yang mewakili Bupati menuturkan, gotong royong merupakan nilai luhur khas Indonesia termasuk di Purbalingga. Wahyu menambahkan, gotong royong juga masuk dalam nawacita Presiden yang harus didukung semua pihak.
“Pesan Bupati agar gotong royong jangan hanya menjadi jargon. Gotong royong harus menjadi suatu identitas khususnya di Purbalingga,” ujar Wahyu.
Serang memang desa yang unik. Keragaman serta toleransi beragama berkembang dengan sangat baik dan alami. Salah satu contoh dirawatnya keberagaman di Serang sejak dulu adalah berdirinya sebuah Gereja dan Masjid yang berdampingan. Hal itu akan menjadi nilai tambah dalam penilaian perlombaan tersebut dari unsur keagamaan.
Kepala Desa Serang, Sugito menjelaskan, masyarakat Serang dari dahulu merupakan masyarakat yang majemuk dan terbuka. Menurutnya, hal itu disebabkan oleh sikap tenggang rasa serta toleransi yang tinggi antar warga. Desa yang memiliki Pendapatan Asli Desa sebesar Rp 2.500.000.000,- tersebut memang menjadi langganan mewakili Purbalingga di berbagai tingkatan. Desa yang sedang bersolek menyambut wisatawan inipun mengalami jumlah kunjungan wisata yang tidak main-main. (PI-8)